Binjai, Transnusantara.co.id –Tangan pak Tugimin (65 thn) begitu cekatan menganyam belahan bambu. Profesi yang sudah di tekuni selama 25 tahun sebagai pembuat keranjang bambu untuk tempat buah-buahan yang akan di pasarkan dari pengepul ke Agen yang selanjutnya di jual oleh pengecer. Semula di Lingkungan IV Kel. Binjai Estate, Kec Binjai Selatan ini hampir setiap rumah berprofesi sebagai pengrajin, sekarang hanya ada 3 pengrajin yang masih meneruskan usaha ini.
Banyak faktor yang menjadikan pengrajin Keranjang Bambu ini semakin berkurang, diantaranya adalah semakin banyaknya daerah lain membuka usaha yang sama sementara harga jual keranjang tak beranjak naik seperti harga-harga pada umumnya yang mengikuti pola pasar.
Untuk 1 (satu) tangkup yang berisi 3 keranjang hanya dijual 30 ribu.
Saat membuat keranjang ada 3 jenis bagian yaitu : Buat Dasar/Tapak Keranjang, Buat anyaman, buat pegangan keranjang agar memudahkan saat diangkat.
Masing-masing pekerja bebas memilih sesuai kecepatan dan keahliannya.
Upah juga berdasarkan hasil yang di dapat pekerja, dengan sistem Borongan. Begitupun ada juga yg meminta upah harian yang biasanya mendapat 30 ribu – 50 rb perharinya. Tergantung kesepakatan target kerja antara pekerja dengan pengusahanya.
Pasokan Bambunya sendiri sudah ada yang mengantar sebagian besar dari daerah Dusun Cinta Dapat, Desa Bahrang, Kec. Selesai Kab. Langkat.
“Harapan kami, pihak pemerintah Kota Binjai mau memberi perhatian dan membantu kami mengupayakan agar dapat pinjaman” tutur pak Min, panggilan sehari-hari. Selain sebagai pengrajin Pak Min juga sebagai Bilal Jenazah bila ada warga sekitar mengalami musibah meninggal dunia.
“Mohon pembinaan seandainya ada pelatihan agar masyarakat di sekitar sini mampu membuat jenis produk lainnya, agar nilai jualnya lebih tinggi” ungkap pak Min.
( Budi )