Oleh Nopel Harahap Kabiro Transnusantara.co.id Batu Bara
Batubara, Transnusantara.co.id– Chairil Anwar lahir di Medan pada tanggal 26 Juli 1922, pendidikan Holands irlanders school (HIS). Lahir dari keluarga terpandang saat itu di kota Medan, ayahnya berasal dari Payakumbuh Sumatera barat.
Chairil Anwar Wafat 28 April 1947 di Jakarta. Beliau adalah, Sastrawan yang giat menentang penjajah saat kependudukan Jepang di Indonesia, karena pengamatan Chairil kebijaksanaan Jepang banyak yang merusak nilai- nilai kebudayaan asli Indonesia saat itu.
Melalui puisi- puisinya beliau melawan dengan keras, bahwa apa yang dilakukan Jepang saat itu sangat melukai hati bangsa Indonesia.
Chairil berani mengeluarkan pendapat setiap saat ketika apa yang dilihatnya sangat bertentangan dengan adat istiadat budaya asli Indonesia.
Semangat juangnya tidak pernah luntur karena hujan dan tidak pernah lekang dari teriknya mata hari, beliau terus menciptakan karya-karya berupa puisi- puisi sebagai bentuk perlawanan yang nyata kepada Jepang.
Puisinya yang terkenal antralain adalah, puisi berjudul “AKU” dan “SIBINATANGJALANG” yang isi dari puisi itu berisikan semangat juang menentang penjajahan Jepang di Indonesia.
Perjuangan Chairil Anwar tidak pernah mengenal kompromi, tidak ada istilah perundingan dengan penjajah, ujarnya suatu saat kepada teman – teman seperjuangannya.
Konsep pemikiran Chairil Anwar yang tetap terus mempertahankan, bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang wajib digunakan di tanah air sendiri, bukan bahasa Nippon atau bahasa Jepang menjadikan beliau menjadi pelopor utama lahirnya angkatan 45.
Chairil Anwar banyak berperan dalam perjuangan bangsa Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan. Pada tahun 1967 Pemerintah RI menganugerahkan sehingga Chairil Anwar dinobatkan menjadi pelopor angkatan 45 ***