Pakpak Barat, TransNusantata.co id-Pemerintah Desa Tinada Kecamatan Tinada pada tahun 2020 lalu telah melaksanakan kegiatan fisik berupa pembukaan jalan usaha tani gambir yang bertempat di Dusun II, Desa Tinada, Kecamatan Tinada. Kegiatan Pelaksanaan Pembangunan Desa yang dikerjakan secara manual (dikerjakan dengan cangkul) itu diduga dikerjakan asal jadi dan terkesan menjadi ajang korupsi oleh Kepala Desa.
Ketua LSM Garda Peduli Indonesia, Agoes Padang menuturkan, proyek pembangunan jalan usaha tani ini diduga dikerjakan asal asalan dan terkesan asal jadi serta kurangnya pengawasan.
“Ada beberapa kejanggalan pada kegiatan ini, di beberapa titik jalan yang dibuka secara manual itu hanya dikorek pada bagian bahu jalan saja, dan tanah yang dikorek diduga ditimbunkan ke bagian tengah jalan, seolah-olah pembukaan jalan tersebut ramping dengan baik padahal jika dikorek pada bagian tengah jalan terdapat rumput yang masih tumbuh akibat tertimbun tanah,” tutur Agoes.
Kata Agoes lagi kegiatan yang bersumber dari Dana Desa senilai kurang lebih Rp. 160.000.000 itu dinilai tidak sesuai dengan hasil yang terlihat dilapangan. “Kalau kita lihat dari besaran pagu, kegiatan seperti ini sangat jauh dari harapan, selain itu jalannya juga terbagi dua padahal di ujung pembukaan jalan masih ada tersisa untuk bisa dikerjakan,” Ujarnya.
Ia juga menyebutkan dalam waktu dekat pihaknya akan menyurati Kepala Desa untuk dapat memberikan keterangan secara tertulis terkait pembangunan pembukaan jalan usaha tani tersebut.
Sementara salah seorang warga setempat yang berladang di areal pembukaan jalan tersebut saat ditemui wartawan mengungkapkan bahwa menurut sepengetahuannya pembukaan jalan itu sengaja dibuat menjadi dua bagian, karena ada pemilik ladang yang tidak setuju dengan pembangunan pembukaan jalan tersebut karena akan memakan beberapa meter perladangan miliknya, sehingga untuk memenuhi volume bangunan pihak Pelaksana kegiatan membuat jalan tersebut menjadi dua bagian. “Iya pas pembangunan jalan ini ada warga yang tidak mau ladang nya terkena dampak pembangunan ini, karena memakan sedikit lokasi perladangannya, jadinya dibuat ke tempat lain sehingga terlihat menjadi dua bagian,” Ujar warga yang tak ingin namanya disebutkan itu.
Lebih jauh, hingga berita ini diturunkan Kepala Tinada yang dikonfirmasi via seluler dan whatsapp belum memberikan keterangan dan malah memblokir kontak wartawan. (Tim)