Jakarta – Transnusantara.co.id – Proyek Gasifikasi Batu Bara dan LNG – Konversi batu bara menjadi DME sebagai pengganti LPG dengan nilai USD 2,1 miliar.
Pengembangan Energi Hijau – Termasuk Green Refinery Cilacap Plaju, PLTS, serta Hydrogen dan Carbon Capture Storage (CCS).
Proyek Petrokimia – Termasuk Kilang Petrokimia Tuban (USD 3,5 miliar) dan kemitraan dengan Chandra Asri.
Total nilai proyek-proyek strategis Pertamina mencapai lebih dari USD 70 miliar atau sekitar Rp 1.100 triliun.
Dengan skala sebesar ini, transparansi dan pengawasan ketat menjadi keharusan agar proyek tidak menjadi ladang subur bagi mafia dan koruptor.
Tantangan bagi Pemerintahan Prabowo
Meskipun ISC dibentuk untuk meningkatkan transparansi, fakta bahwa mafia minyak masih beroperasi menunjukkan adanya kelemahan dalam manajemen internal Pertamina.
Dugaan praktik korupsi ini tidak hanya terjadi di tingkat pimpinan, tetapi juga di anak dan cucu perusahaan, termasuk para project manager yang mengelola proyek-proyek strategis.
Untuk itu, Kejaksaan Agung diharapkan tidak hanya membidik kasus mafia minyak, tetapi juga mengawasi proyek-proyek raksasa Pertamina.
Aparat penegak hukum lain, seperti Kepolisian dan KPK, harus ikut aktif dalam pengusutan ini, bukan malah diam seribu bahasa.
Reformasi total di tubuh Pertamina menjadi langkah mendesak.
Pemerintah harus berani menempatkan profesional dengan rekam jejak bersih di sektor minyak dan gas, termasuk dari perusahaan EPC swasta, baik asing maupun dalam negeri.
Menurutnya, Ketua Umum JPKP Pusat Maret Sweken saat di hubungi Media transnusantara.co.id Hisar LG melalui WA selularnya, Kamis (13/03/25), pukul 14.10 Wib.
Jika tidak, maka pemerintahan Prabowo akan menghadapi risiko besar gagal mengatasi mafia minyak yang semakin kuat dan mengakar, “imbuhnya.
Kesimpulan, Mafia minyak bukan sekadar bayang-bayang masa lalu, tetapi ancaman nyata yang terus menggerogoti sektor energi nasional.
Keberanian dan ketegasan dalam memberantas jaringan korupsi di Pertamina akan menjadi ujian besar bagi pemerintahan saat ini.
Jika tidak ditangani serius, bukan hanya keuangan negara yang dirugikan, tetapi juga masa depan energi Indonesia.
Hisar LG).