TRANS NUSANTARA.CO.ID, MEDAN-Salam sehat, di hari Rabu yang baik ini buat pembaca setia Trans Nusantara, semoga kita selalu sehat bersama keluarga, ammin.
Jaman ini hanya memberi kemudahan kepada mereka yang menguasai data dan informasi sebanyak-banyaknya, siapa lalai bakal tertinggal.
Berikut ulasan tentang Politisi Putra Siantar, siapa beliau, berikut ulasannya.
Politisi yang sebut dalam judul ialah, ADAM MALIK, lahir, di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917, Meninggal : Jakarta, 5 September 1984, Agama Islam, Pendidikan : Belajar Sendiri ( Otodidak ),
satu-satunya orang Indonesia yang pernah jadi Ketua Majelis Umum PBB ( 1971 ), hanya berpendidikan formal SD ( HIS ) dan Madrasah Ibtidaiyah.Selanjutnya belajar sendiri.Setelah yakin akan kemampuan Adam, banyak perguruan tinggi di dalam dan luar negeri menawarkan anugerah Doctor Honoris Causa kepadanya. Namun mantan Wapres Kabinet Pembangunan III itu selalu menolaknya dengan diplomatis.
Tokoh penyandang julukan ‘ Kancil ‘ ini merenda karir dari kecil. Cita-citanya ingin jadi politisi, berbenturan dengan kehendak sang ayah, H.Abdul Malik Batubara yang mengharapkan Adam jadi pedagang. Sejak anak-anak ia sering menyelinap keluar rumah malam-malam, hanya untuk mendengarkan by pembicaraan politik.
Peluang itu ia manfaatkan sebaik-baiknya, hingga berhasil menduduki kursi Partindo Pematang Siantar pada usia 17 tahun ( 1934-5 ). Sejak sebelumnya, ia juga sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan majalah Partindo. Ketika Penjajah Belanda membubarkan Partindo, Adam pergi ke Jakarta sendirian dan hanya membawa uang pas-pasan.
Di ibukota ia suka bergaul dengan pemuda-pemuda Pasar Senen. Sial Belanda menjebloskannya ke penjara karena mencurigai Adam sebagai anggota Partai Republik Indonesia ( PARI ).
Sekeluar dari bui, Adam dkk.mendirikan kantor berita antara ( 1937 ), berkantor di jl.Pinangsia 38 Jakarta Kota. Di jaman Jepang mereka berpura-pura membantu bangsa samurai. Antara dijadikan seksi Indonesia dari berita Jepang Domei, agar tak dibredel. Setelah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI, tidak lama kemudian berhasil disebarkan ke seluruh dunia melalui penyelundupan berita oleh redaktur antara ke morsecast Domei.
Tokoh yang populer dengan ungkapan ‘ bisa diatur ‘ itu kian mengorbit di zaman kemerdekaan . Ia terpilih jadi ketua III KNPI ( 1945-7 ). Setelah mendirikan Partai Rakyat ( 1946 ), Partai Murba ( 1946-8 ), jadi anggota Parlemen ( 1956 ) dan anggota DPA ( 1959 ), pemerintah mengangkat dia sebagai duta besar di Uni Sovyet dan Polandia ( 1959 ). Ia juga dipercaya sebagai ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda soal Irian Barat ( 1862 ). Pada 1964 ‘ Kancil ‘ membentuk BPS diangkat jadi Menteri Ekonomi ( 1965 ).
Seakan tak lapuk karena hujan dan tak luntur oleh panas, pamor Adam Malik makin bersinar sejak awal Orde Baru. Waktu itu hanya ada 2 dari golongan tua yang dijadikan sandaran : Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Adam Malik. Bahkan kemudian tersiar kelahiran trio baru : Soeharto-Sultan-Adam.
Pada 1966, putra Siantar itu berturut-turut menjadi Wakil Perdana Menteri ( Waperdam) II/Menlu ad interim, Waperdam II Urusan Sosial dan Politik/ Menlu RI, Menteri Presidium Urusan Politik dan Menlu RI. Jabatan Menlu bahkan terus menerus dipercayakan kepadanya sampai 1977, ketika terpilih sebagai ketua DPR/MPR RI. Di antara masa itu pula ia jadi Ketua Majelis Umum PBB ke 26, di New York. Masa bakti sebagai ketua DPR/MPR hanya dijalani 5 bulan, keburu mendapat kepercayaan sebagai Wapres ketiga RI menggantikan Sri Sultan.
Kini Adam Malik telah tiada, istri, Ny. Nelly yang setia mendampinginya seumur hidup, dan 5 anak. Cita-citanya menjadi politisi telah teraih. Semuanya diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara yang dicintainya.
Dalam penulisan ini tentunya yang paling membahagiakan adalah jika para pembaca sekalian berkenan memperbaiki tulisan ini, bila dinilai masih ada kekurangan atau kesalahan terkait kutipan data dan informasi yang dimuat, sebab penilai utama tulisan ialah pembaca.
Penulis : PS/Transnusantara.co.id *)